Spiga

"Cinta Fitri" Behind the Scene


Bagi para penggemar sinetron Cinta Fitri yang ditayangkan setiap hari di SCTV tentu kenal dengan nama Irene Librawati. Kak Irene adalah salah warga Bandar Lampung yang hijrah ke Jakarta dan kini menjadi artis Sinetron. Salah satu sinetron yang kini banyak dinikmatis para pecinta sinetron adalah Cinta Fitri.

Irene Librawati yang biasa disapa dengan nama Iren (beda2 tipis dengan nama panggilanku Erin) memerankan tokoh Lia Hutama (maminya Farrel) Cerita Cinta Fitri akan mengalami sedikit perubahan, yaitu dalam kisah itu mami Farrel / Lia Hutama (Irene Librawati) akan melakukan Umroh.

Mungkin bagi pemirsa Cinta Fitri menganggap itu biasa-biasa saja, namun bagi yang tahu itu ada alasannya. Mau tahu alasannya ? Karena Kak Irene memang akan melakukan Umroh yang sebenarnya pada tanggal 15 Agustus ini akan bertolak ke Jeddah.

Kak Irene baru akan kembali pada tanggal 24 Agustus nanti dari Mekah dan melanjutkan sinetron Cinta Fitri. Maka pihak Sutradara, Skenario dan producer Cinta Fitri dan MD Entertainment pun melakukan Setting lokasi shooting di daerah Pondok Cabe, Jakarta. Setting lokasi Masjidil Haram dan Mekah pun akan dilakukan untuk menunjang ide cerita yang diubah sedemikian rupa. Padahal alur cerita Lia Hutama melakukan Umroh tidak ada sebelumnya, karena untuk continuitas cerita maka dibuatlah ide cerita tersebut, dan tidak tanggung-tanggung seluruh scene / tik yang ada tokoh Lia Hutama pun dipercepat. karena Cinta Fitri adalah sinetron kejar tayang yang muncul di SCTV setiap malam.

Jadi Tokoh Lia Hutama (Mertua Fitri) yang diperankan Irene Librawati akan tetap ada di Cinta Fitri, meskipun tokohnya sedang melakukan Umroh di Tanah Arabia.

(Jangan Bingung ya kalau Erin lebih tahu lebih dahulu dibanding Infotainment he..he...he...)

ELKASIH RAMAIKAN DUNIA MUSIK INDONESIA DENGAN "HYBRID POP"


Geliat industri musik tanah air belakangan juga ditandai dengan makin maraknya bermunculan band – band baru. Salah satunya adalah ELKASIH. Tak muluk – muluk band yang beranggotakan El Ibnu (vocal), El Arief (drum), El Fajar (bass), El Ari (keyboard) dan El Binbin (gitar) ini, seperti namanya yang berarti “yang terkasih”, hanya berniat memberikan cinta kasihnya yang tulus kepada penikmat musik Indonesia. “Nama Elkasih pun mereka pilih sebagai ungkapan rasa syukur atas kasih Allah SWT yang telah mempertemukan mereka berlima kembali setelah terpisah cukup lama, ” jelas El Ibnu. Tanggal 1 Januari 2008 menjadi tonggak sejarah 5 sahabat ini untuk bersatu lagi.

Semangat besar berkat pertemuan kelimanya membuat mereka sepakat mengusung genre yang mereka nama “hybrid pop”. Meski juga mengedepankan pop yang easy listening, ELKASIH mencoba memberikan diferensiasi dengan lirik yang inspiratif namun gampang dicerna dan dilantunkan sang vokalis dengan sepenuh hati. “Itulah inti dari hybrid pop, “ ujar El Arief. Dalam waktu hanya 3 bulan, mereka merampungkan sejumlah materi lagu yang punya kekuatan masing – masing untuk dijadikan singel. Mini album ELKASIH yang berisi 6 lagu pun siap dirilis oleh label V Music.

Kini singel mereka berjudul Kau Tigakan Cinta siap wara – wiri di televisi maupun radio tanah air. Klipnya sendiri dibesut oleh Eugene Panji sementara lagunya sendiri juga mulai masuk daftar airplay dari sejumlah stasiun radio terkemuka.

CONGRATS TO ELKASIH AND V MUSIC !

Ada apa dengan Politik Perempuan ?

Beberapa tahun lalu koalisi perempuan berdemo di Gedung DPR / MPR untuk menuntut Quota 30% keterwakilan Perempuan dilegislatif. Sebagai salah seorang dari kaum hawa, saya merasakan ada yang janggal dari tuntutan quota 30% itu yang berimbas pada kehidupan perpolitikan perempuan di Indonesia.

Undang-Undang Pemilu telah disahkan oleh DPR RI, dan telah mengadopsi seluruh tuntutan kaum perempuan untuk memperoleh "HAK" nya dalam berpolitik ditanah air. Aneh, setelah UU pemilu disahkan, dan setelah tuntutan para perempuan itu dipenuhi, kini kaum perempuan juga lah yang tidak mampu untuk memenuhi "HAK ISTIMEWA" nya tersebut. Ada apa dengan koalisi perempuan yang beberapa tahun lalu berteriak-teriak minta quota keterwakilan 30% wanita ? Mengapa perempuan Indonesia begitu "CENGENG" ?

Akibat Tuntutan Para perempuan itu mengakibatkan banyak partai justru kalang kabut untuk memenuhi quota 30% perempuan. Hampir semua Partai di Indonesia masih kekurangan bakal calon anggota Legislatifnya yang perempuan. Bukan karena dihalangi oleh partai-partai tersebut, melainkan karena kurangnya pemahaman politik perempuan itu sendiri. Itulah sekelumit problem beberapa partai di Indonesia yang saya ketehui dari teman - teman yang kebetulan menjadi pengurus dibeberapa Partai Politik dan ketika ditanya, problemnya ternyata sama.

Koalisi Perempuan menuntut keterwakilan kaumnya sebesar 30% dilegislatif, namun mereka sendiri tidak mampu memenuhi quota yang kaum mereka tuntut. Aneh kan ? ibaratnya, Nafsu Besar Tenaga Kurang...! Bahkan beberapa partai sudah membebaskan biaya untuk pendaftaran caleg, namun tetap saja minat politik perempuan jauh dari ambisi yang ditonjolkan oleh koalisi Perempuan Politik tersebut.

Sebagai kaum hawa, aku cukup malu dengan kondisi politik perempuan dewasa ini. Hanya karena suatu kelompok yang mengatasnamakan Perempuan, mereka tega menjual kepribadiannya hanya untuk memenuhi ambisi duniawinya. Padahal kaum perempuan menginginkan agar hak-haknya sebagai warga negara dipenuhi dan dilindungi Undang-undang, bukan "Hak untuk Menjadi Anggota Legilatif" yang justru mencederai Kaum Perempuan itu sendiri.