Spiga

Apakah Jawa Timur rusuh setelah Pilkada ?


Jawa Timur telah melakukan perhelatan akbarnya dengan mengadakan Pilkada untuk memilih pasangan gubernur dan wakil gubernur. Hasil quick count LSI telah mencatat kemenangan sangat tipis yaitu :

  1. Hj. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA & MUDJIONO (kaji) : 50,28 %
  2. DR. SOEKARWO, SH, M.Hum & Drs. H. SAIFULLAH YUSUF (KARSA) : 49,72%

Hasil ini sangatlah riskan mengingat masing-masing calon mempunyai kans yang sama untuk menduduki posisi orang no 1 di propinsi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Mengingat beberapa kejadian pasca pilkada yang banyak terjadi kerusuhan, hendaknya masing-masing pasangan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan para pendukungnya. Contoh yang paling tragis adalah Pilkada Maluku Utara yang sampai saat ini masih terus rusuh oleh para pendukungnya. Kepada para pemimpin hendaklah bersikap arif dan bijaksana dan menerima apapun hasil dari pilkada yang begitu banyak memakan uang rakyat. Jangan jadikan rakyatmu menjadi korban oleh ambisi kalian.

Pasangan Hj. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA & MUDJIONO (KAJI) yang diusung oleh PPP dan didukung oleh partai patriot, PDIP, Dan beberapa partai lainnya. sedangkan pasangan DR. SOEKARWO, SH, M.Hum & Drs. H. SAIFULLAH YUSUF (KARSA) diusung oleh Partai Demokrat dan Partai Amanat (PAN) serta didukung oleh PKS, Golkar , PKB dan beberapa partai kecil lainnya.

Sepanjang sejarah pilkada di Indonesia, ada beberapa catatan baik (Prestasi) :

  1. Fadel Muhammad (Golkar) Pilkada Gorontalo : 81,24 %
  2. Zulkifili Nurdin (PAN) Pilkada Jambi : 80,20 %

Namun ada juga prestasi Buruk, yaitu Pilkada Maluku Utara yang diwarnai kerusuhan berdarah, pembakaran rumah yang dilakukan oleh pasangan Thayb Armain (PKS) pada Rumah Lawan politiknya Abdul Gafur(Golkar), perusakan rumah Abdurrahim Pabanyo (PAN), dan kantor DPW PAN Maluku Utara. Pilkada ini juga diwarnai beberapa kecurangan terhadap suara rakyat disana oleh kedua belah pihak. Bukan hanya itu, keberpihakan pemerintah terhadap salah satu calon menjadi pemicu kerusuhan berkelanjutan hingga saat ini. Dengan Keputusan Menteri yang mengeluarkan SK Pengangkatan Thayb Armain, merupakan pelanggaran konstitusi karena yang berhak mengeluarkan keputusan adalah KPUD dan jika ada masalah, sesuai UU yang berlaku keputusan ada di tangan MA bukan seorang menteri Dalam Negeri.

Namun ada berita baik juga di beberapa pilkada yang mungkin bisa dicontoh oleh calon pasangan kepala daerah atau calon anggota legislatif maupun calon Presiden-wakil Presiden. Kisah ini saya dapatkan dari salah seorang teman yang kebetulan menjadi tim sukses Pasangan Suyoto - Setyo Hartono yang memperoleh suara 81,24 di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Pasangan yang diusung oleh PAN, PNBK, dan PPP ini mengalahkan pasangan M. Thalhah-Tamam Syaifuddin (Tahta) yang diusung oleh PKB dan Gokar serta pasangan M. Santoso - Budi Irawanto (SOWAN), didukung PD, PKS, PDIP. mungkin ini bisa dibilang David VS Goliath. Calon Bupati dari PAN ini memakai trik kampanye yang tidak terduga, bersih dan merakyat. Mau tahu cerita dibalik itu ?

Suyoto sebagai calon bupati bojonegoro tahu yang dia hadapi adalah 2 raksasa politik dari partai besar dan salah satunya adalah incumbent. Dia melakukan kampanye simpatik dengan cara mudah dan murah. Setiap Pagi di selalu jogging dan mampir di warung kopi dibeberapa pasar tradisional. Namun sesungguhnya dia sudah menyiapkan tim suksesnya untuk berpura2 / bersandiwara seolah2 belum kenal sebelumnya.

Suyoto sebagai calon bupati yang tidak diunggulkan masuk ke warung kopi, lalu menyapa siapa saja yang ada disitu, sambil ngobrol ngalur ngidul. setelah beberapa lama ngobrol, muncullah salah satu tim suksesnya yang berpura2 sebagai orang biasa yang mengenal dia sebagai calon bupati Bojonegoro. Timnya tsb berkata : "Ini Pak Suyoto ya ? yang calon bupati kan ? wah pak.... senang sekali saya bisa berjumpa bapak disini, rasanya seperti mimpi saja bisa bertemu bapak disini." kemudian sontak orang2 yang berada diwarung itu kaget dan kagum. Betapa tidak, belum pernah ada seorang calon pun yang sudi duduk bersama bersama rakyat biasa dan masuk ke pasar2 tradional sambil ngopi bareng mereka. Kemudian orang2 disana pun menyalami sang calon bupati serta menyatakan dukungannya terhadap Pak Suyoto. Karena suasana diwarung itu jadi ramai, banyak ibu2 yang ingin tahu, ada apa diwarung itu ?. Akhirnya sedikit demi sedikit orang2 berkerumun didiwarung kecil dan terkesan kumuh itu, terutama ibu2 yang berbelanja di pasar tradisonal tersebut. Lalu pak Suyoto pun membagi-bagikan sticker secara langsung kepada yang hadir disana.

Tak lama kemudian Muncul salah seorang tim suksesnya yang berpura2 menjadi wartawan (sebenarnya orang ini memang asli wartawan). Dia kemudian berpura2 mewanwancarai Pak Suyoto, hingga semakin siang, semakin ramai orang2 yang berkerumun didepan warung tersebut. Nah disanalah dia memulai kampanye simpatik dengan menyapa para ibu-ibu pembeli dan semua pedagang dipasar itu.

Secara psikologi, jika saja ada yang melakukan kampanye simpatik terselubung seperti itu, orang-orang tidak akan menyangka bahwa Pak Suyoto sedang berkampanye, meraka akan menyangka Pak Suyoto hanya ingin silaturahmi. Oleh karena itu sebagian ibu2 itu menceritakan pengalaman dipasar kepada kerabat, tetangga, keluarga, terutama kepada suami. Siapapun yang mendengar dari ibu2 yang baru pulang dari pasar tersebut, akan kagum terhadap sang calon bupati tersebut dan ingin tahu. Dari cerita mulut ke mulut, Pak Suyoto telah berhasil merangkul ibu2 tersebut sebagai corong politiknya, tanpa biaya sama sekali. Ternyata Kampanye politik menyapa sangatlah efektif dan murah untuk dicontoh oleh para calon pemimpin di negeri ini.

Hayoo......!! siapa yang mau mencoba ????